Kuliner, Travelling , Tips & Trick

Penjualan Mobil Sulit Tembus 600 Unit, Ekspor Kendaraan Ikut Anjlok

Sektor otomotif Indonesia menjadi salah satu lokomotif perekonomian nasional dengan konstribusi kurang lebih 3,98 persen terhadap GDP. Bahkan industri kendaraan bermotor nasional menempati peringkat ke-8 komoditi ekspor ungulan non-migas dengan kontribusi terhadap eksport nasional 4,5 persen.

Sayangnya dampak pandemi COVID-19 membuat industri otomotif, terutama roda empat turun 50 persen. Penyebabnya adalah daya beli yang menurun. Kondisi ini membuat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merivis target, dari semula 600 ribu unit, menjadi 526 ribu unit, termasuk produksi dan ekspor CBU ikut menyesuaikan.

"Bulan Juni menujukkan peningkatan. Mudah-mudahan ini terus berlanjut dan bisa kita pertahankan. Indikasinya sampai Oktober ini masih ada peningkatan baik retail maupun wholesales. Kalau ini meningkat, produksi meningkat. Di sisi lain indikasi ekspor tetap walaupun tidak seperti keadaan normal 2019," kata Kukuh Kumara, Sekjen Umum Gaikindo.

Di sisi lain indikasi ekspor tetap meski tidak seperti kondisi normal di tahun 2019. Ekspor CBU selama periode Januari - September tercatat 155.258 unit, atau naik 47,4 persen dibanding bulan lalu. Namun dibandingkan periode yang sama tahun lalu turun 35,4 persen.


"Kalau impor CBU Januari - September ada 26.252 unit. Ada kenaikan 161,4 persen dibandingkan bulan lalu. Tapi kalau dibandingkan terhadap tahun lalu pada periode yang sama turun 54,1 persen," jelas Kukuh .

Sedangkan produksi Januari - September sebanyak 483.207 unit, naik 101,4 persen daripada bulan lalu. Tapi jika dibandingkan kurun waktu yang sama tahun lalu turun 49,4 persen .

"Penjualan Januari - September 372.046 unit, naik 30,3 persen dibanding bulan lalu. Tapi kalau dibandingkan tahun lalu di periode yang sama ada penurunan sebesar 50,9 persen," terangnya.

Namun demikian Gaikindo melihat peluang kenaikan tetap terbuka hingga akhir tahun. Tanda-tanda ke arah tersebut sudah terlihat, seperti peningkatan distribusi kendaraan dari dealer ke konsumen.

"Trafik ke diler itu menurun tapi realisasi total penjualannya masih ada peningkatan. Artinya ada kantung-kantung masyarakat yang membeli," ungkapnya.

Situasi pandemi tidak serta merta membuat penjualan mobil stagnan. Potensi-potensi inilah yang diharapkan dapat ditingkatkan melalui kebijakan yang tepat untuk mendongkrak sektor otomotif.

Sementara Esther Sri Astuti, Direktur Program INDEF relaksasi pajak atau insentif fiskal oleh pemerintah untuk mendongkrak penjualan mobil juga harus didukung langkah strategis lain. Jika hanya insentif fiskal yang diberikan menurutnya tidak menjamin industri otomotif bangkit seperti yang diharapkan.

"Kalau sudah diberikan insentif fiskal tetapi tidak cukup memperbaiki kondisi industri otomotif, apa yang harus dilakukan pemerintah? Ya ibarat lari marathon, jadi jangan berharap sudah diberikan obat langusng bisa sembuh. Saya rasa apa yang dilakukan pemerintah lewat tax relaksasi kemudian kredit, yang harus lebih didorong adalah prosedurnya," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar