Hyundai berencana memproduksi mobil di Indonesia. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyebut Hyundai motor masih menjadi pabrikan asa luar negeri yang masih yakin menanamkan modal di Jawa Barat meski tengah pandemi.
Kini pembangunan pabrik di Karawang disebut dudah 65 persen. Sehingga, Hyundai sudah siap memproduksi mobil listrik secara massal pada tahun 2022.
"Kami mendukung dan membuat komitmen mengenai energi hijau. Kami membeli mobil dinas dengan tenaga listrik," kata dia dalam pembukaan West Java Investment Summit, di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Senin
Ia mengklaim, provinsi Jawa Barat masih menjadi pilihan para investor. Dari data yang dimiliki, skor yang dimiliki adalah 4,6 untuk daya kompetisi. Makin rendah nilainya, makin kompetitif. Itu dari semua provinsi di Indonesia.
"Indonesia di angka 7-an sekian. Provinsi lain lebih di angka itu. Kami sangat bangga setara dengan Vietnam dan Thailand dari sisi daya kompetisi. Di Jabar infrastrukturnya baik, SDM-nya baik.
Sementara itu, COO & Vice President Hyundai Motor Asia Pasific Hq Lee Kang Hyun menyebut pabrik Hyundai motor rampung pada akhir tahun 2021. Artinya, produksi mobil secara massal bisa dimulai pada tahun depan.
"Tahun 2022 mulai memproduksi mobil listrik di Indonesia dan jual lokal," kata dia.
Ridwan Kamil sendiri ia sebut sudah melakukan pemesanan untuk mobil listrik. Ini menjadi salah satu hal yang baik dalam mengenalkan teknologi baru kepada masyarakat luas.
"Gubernur (Jabar) sudah belanja mobil listrik pertama di Indonesia, saya berterima kasih kepada pak Ridwan Kamil sebagai gubernur, ini memang bisa jadi kerjasama antara swasta dan goverment, bisa memperkenalkan mobil listrik kepada umum dan negara, ini merupakan perjanjian kuat," pungkas Lee.
Hyundai sudah menyiapkan bahan baku sesuai TKDN di atas 40 persen agar bisa melakukan ekspor ke negara lain. Semuanya ia sebut sudah lengkap dan ada komponen industri dari banyak perusahaan yang sekarang sedang disuplai.
Disinggung mengenai teknologi baterai yang masih mahal, ia mengatakan hal ini perlu dukungan lebih dari pemerintah pusat hingga daerah. Artinya, perlu ada investor lain yang bergerak khusus memproduksi baterai.
"Jadi itu sesuai dengan kebijakan pemerintah secepatnya di Indonesia sudah ada industri yang utuhnya, supaya (baterai) bisa langsung disuplai, sebelum itu (terealisasi) mau tidak mau perlu impor dulu baterainya. Tapi sesuai dengan kebijakan pemerintah, saya yakin dalam waktu dekat ada investasi yang bisa menghadirkan local battery," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar