Pada akhirnya usulan pajak mobil baru 0 persen oleh Kementerian Perindustrian ditolak Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kemenperin beralasan relaksasi pajak tersebut dapat mendorong pertumbuhan sektor otomotif di masa pandemi COVID-19.
Pemberlakuan pajak 0 persen selain dinilai dapat meningkatkan penjualan mobil nasional, juga dapat menggerakkan sub sektor terkait industri otomotif.
Pada akhirnya Kemenperin tunduk pada keputusan Menkeu, dan tetap berharap usulan tersebut tetap menjadi bahan pertimbangan pemerintah.
Sebagai organisasi yang menaungi produsen mobil, Gabungan Inudstri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) turut angkat bicara soal penolakan pajak 0 persen tersebut. Pada prinsipnya Gaikindo mendukung langkah-langkah pemerintah dalam melakukan pemulihan sektro Ekonomi.
Stimulus pajak 0 persen merupakan salah satu bagian dari upaya merangsang daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor.
"Mengenai 0 persen itu belum ditolak, kan itu dalam kajian. Dari kaca mata perindustrian ini adalah salah satu upaya membangkitkan indusrtri otomotif. Jadi kacamata teknokrasinya seperti itu, namun tentunya dari Kemenkeu akan mengkaji lebih dalam apakah betul yang disampaikan itu berdampak positif," kata Kukuh Kumara Sekretaris Umum Gaikindo dalam DIskusi Virtual Industri Otomotif yang digelar Forum Wartawan Otomotif Indonesia (Forwot) dan Forum Wartawa Industri (Forwin) belum lama berselang.
Menurut Kukuh, jika kebijakan ini bermuara pada pemulihan penjualan otomotif di dalam negeri, makan kebijakan tersebut adalah peluang industri otomotif bangkit. Namun pihaknya mengusulkan ada upaya alternatif lain agar penjualan mobil tidak terus terpuruk
"Kita mungkin bisa melihat lebih spesifik lagi. Mudah-mudahan ada upaya lain yang bsia membantu mendongkrak pulihnya industiri kendaraan bermotor," ujarnya.
Gaikindo melihat peluang kenaikan tetap terbuka. Tanda-tanda ke arah tersebut sudah terlihat, seperti peningkatan distribusi kendaraan dari dealer ke konsumen.
Jika wacana tersebut direalisasikan, bukan tidak mungkin akan memperkuat pertumbuhan otomotif.
"Nah peluang itu ada tidak? Waktu muncul wacana ini, trafik ke diler itu menurun tapi realisasi total penjualannya masih ada peningkatan. Artinya ada kantung-kantung masyarakat yang membeli," ungkapnya.
Situasi pandemi tidak serta merta membuat penjualan mobil stagnan. Potensi-potensi inilah yang diharapkan dapat ditingkatkan melalui kebijakan yang tepat untuk mendongkrak sektor otomotif.
"Dalam kondisi COVID-19, mereka ada kecenderungan memilki kendaraan sendiri sesuai kemampuan mereka. Ini yang coba diberi katalis supaya mempercepat realisasinya. Mungkin belum muncul saat ini, tapi kita harapkan akan muncul kapan saja dan itu menjadi percepatan pemulihan industi otomotif," terangnya.
Sementara itu Esther Sri Astuti, Direktur Program INDEF menyatakan insentif fiskal juga harus didukung langkah strategis lain. Jika hanya insentif fiskal yang diberikan menurutnya tidak menjamin industri otomotif bangkit seperti yang diharapkan.
"Kalau sudah diberikan insentif fiskal tetapi tidak cukup memperbaiki kondisi industri otomotif, apa yang harus dilakukan pemerintah? Ya ibarat lari marathon, jadi jangan berharap sudah diberikan obat langusng bisa sembuh. Saya rasa apa yang dilakukan pemerintah lewat tax relaksasi kemudian kredit, yang harus lebih didorong adalah prosedurnya," ujarnya.